Pengawetan dan penyamakan kulit kelinci
Kulit kelinci yang sudah dilepas dari karkas harus segera ditangani agar tidak kering, menimbulkan bau busuk serta kerusakan bulu (rontok). Proses pengolahan kulit mencakup beberapa tahapan yang kompleks dan saling berkaitan.
Syarat pemilihan kulit kelinci:
Pengolahan kulit kelinci harus menggunakan kulit kelinci yang baik, sehat dan tidak pernah terkena penyakit kulit, karena akan mempengaruhi hasil akhir dari penyamakan kulit. Untuk memperoleh kulit kelinci yang simetris maka harus memperhatikan tata laksana pengulitan pada saat penyembelihan. Selain itu kulit yang telah diperoleh dari penyembelihan sebaiknya segera dilakukan pengawetan, maksimal 4 jam setelah penyembelihan. Hal ini dapat merusak kulit kelinci jika tidak segera dilakukan penanganan.
Syarat pemilihan kulit kelinci yang akan di samak:
- Kulit yang digunakan berasal dari kulit kelinci yang sehat (tidak sakit kulit).
- Pengulitan dilakukan dengan hati-hati dan dikuliti secara simetris.
- Bulu kelinci jangan sampai kotor atau tercemar oleh darah saat pemotongan.
Ingat : fungsi penyamakan untuk mempertahankan kualitas yang disamak, jadi seandainya kulit yang disamak memiliki kualitas yang baik maka penyamakan akan mempertahankan kualitas kulit tersebut.
Bahan-bahan :
1.Garam halus
2.Tawas bubuk 0,5 kg
3.Soda 125 gr
4.Formalin 60 cc
5.Boraks 300 gr
6.Sabun mandi 1 buah
7.Minyak kelapa 100 ml
Alat-alat :
1.Ember atau wadah dari plastik
2.Pengaduk kayu
3.Alat pelemas kulit
4.Alat pengamplas halus
Tahap pengawetan dan pengolahan kulit kelinci
a.Pembersihan (Fleshing)
Kulit kelinci yang sudah dilepaskan biasanya masih mengandung sisa-sisa lemak dan daging yang menempel. Oleh karena itu kegiatan utama yang dilakukan adalah membersihkan bulu dari cemaran darah sewaktu penyembelihan dan sisa-sisa daging dan lemak yang masih menempel.
Cara: dihilangkan dengan kikir atau pisau (hati-hati agat tidak menyayat kulit), dicelupkan dilarutan sabun mandi (ingat: kulit jangan diperas).
b.Penggaraman
Garam merupakan bahan pengawet yang sederhana tetapi memberikan pengaruh yang sangat baik dalam mengawetkan kulit kelinci. Setelah kulit benar-benar bersih dari noda dan sisa lemak selanjutnya ditaburi dengan garam pada bagian kulit yang tidak berbulu ini dilakukan untuk mengawetkan kulit seandainya tidak diolah setelah penyembelihan.
Sedangkan jika ingin langsung diolah kulit dapat direndam dalam larutan garam selama 1 malam dengan perbandingan penggunaan garam 200% dari berat kulit kelinci setelah itu, keesokan harinya dibilas dengan air (ingat jangan diperas) dan setelah itu bagian dalam kulit ditaburi dengan garam halus secara merata. Ini berfungsi agar bulu tidak rontok dan kulit menjadi lebih awet. Setelah itu kulit ditiriskan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
c.Penyamakan (Tanning)
Kulit yang sudah mengalami penggaraman selanjutnya di proses secara kimia sehingga didapat kulit yang tahan lama (awet) dan siap dibuat produk lain.
Bahan yang perlu dipersiapkan dalam proses penyamakan : (untuk setiap 10 buah kulit)
1.Larutan A : 0,5 kg tawas bubuk dan 4,5 liter air hangat.
2.Larutan B : 0,25 kg garam, 125 gr soda, dan 2 liter air hangat.
3.Larutan C : 60 cc atau 60 ml formalin 37%
4.Ketiga larutan tersebut dicampurkan menjadi satu dan diaduk perlahan-lahan dengan pengaduk kayu, dan dibiarkan dingin.
5.Kulit yang sudah dibersihkan dari garam direndam selama 3 hari dan dilakukan pengadukan 3 kali setiap hari.
a.Peminyakan (Fatliquoring)
Setelah penyamakan selesai dilakukan, kulit diangkat dari rendamannya. Kemudian dibilas dengan larutan boraks (1 sendok makan dengan 4,5 liter). Kemudian kulit dibilas dengan air tawar (ingat: jangan diperas)
Penyiapan minyak khusus :
1. air : 250 ml
2. boraks : 300 gr
3. minyak kelapa : 100 ml
4. sabun mandi : 1 buah
Keempat bahan tersebut dicampurkan menjadi satu kemudian siap untuk dioleskan ke kulit kelinci. Kulit kelinci di pasang pada alat peregang kemudian diolesi oleh minyak tersebut ke bagian bulu kelinci. Kemudian kulit digantungkan di tempat terbuka yang tidak terkena sinar matahari langsung dan dibiarkan hingga kering.
e. Pelemasan (Stacking)
ketika kulit yang sudah diberi minyak hampir kering 95%, selanjutnya dilakukan tahap pelemasan. Tahap ini bertujuan untuk melemaskan bagian dalam kulit sehingga dapat diperoleh kulit yang lemas dan lembut . Selain itu proses pelemasan ini bermanfaat untuk melonggarkan serat-serat yang terdapat dalam kulit setelah dilakukan penyamakan sehingga akan memudahkan tahap pengamplasan untuk menghaluskan kulit bagian dalam.
Cara : dilakukan dengan cara menggosokkan kulit kelinci bagian dalam (bagian tidak berbulu) pada tepi permukaan bagian tumpul secara merata, seperti papan atau lempengan logam.
f. Pengamplasan (Buffing)
Tahap pengamplasaan merupakan tahap akhir untuk memperoleh kulit kelinci yang halus. Bagian kulit yang dilakukan pengamplasan adalah bagian dalam kulit kelinci yang tidak berbulu.
Cara : dilakukan dengan cara menggosokkan kulit kelinci bagian dalam (bagian tidak berbulu) pada amplas yang halus secara merata, amplas bisa dipasangkan pada kayu sehingga pada saat pengamplasan dapat dilakukan secara lebih mudah.
Setelah tahap pengamplasan selesai kulit kelinci dapat langsung dipasarkan ataupun diproses lebih lanjut menjadi produk baru seperti topi, hiasan, sendal, tas, karpet dan lain-lain.
Pengolahan Kaki dan Ekor Kelinci
Kaki-kaki dan ekor kelinci termasuk produk ikutan. Agar tidak terbuang begitu saja, bagian ini dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi produk baru yang bermanfaat dan bernilai ekonomis seperti dibuat menjadi sovenir, gantungan kunci maupun aksesoris lainnya. Sebelum dijadikan sovenir kaki dan ekor kelinci harus diolah lebih dahulu.
Bahan-bahan :
1. Kaki dan ekor kelinci
2. Wadah atau ember plastik
3. Formalin 37%
4. Sabun
5. Dakron
6. Gantungan kunci atau benang nilon
7. Alat Pembolong
Tahap Pengolahan kaki dan ekor kelinci
1. Pembersihan kaki dan ekor
Kaki dan ekor kelinci yang telah dipotong dibersihkan dari darah yang ada pada tulang dan bulu agar bulu tidak tercemar dan mengakibatkan rusak. Usahakan pembersihkan dilakukan setelah kaki diperoleh dan jangan sampai lebih dari 4 jam karena akan mempengaruhi kulit sehingga mengakibatkan kerusakan pada hasil akhir.
Setelah bersih dari sisa-sisa darah, bulu kaki dan ekor dibersihkan dengan larutan sabun. Ini bertujuan untuk mengangkat kotoran yang ada pada bulu kelinci dan membersihkan dari sisa kutu seandainya terdapat pada bulu. Setelah itu dibilas secara perlahan dengan air dan jangan diperas.
2. Penyiapan larutan formalin
Siapkan larutan formalin 37% dalam wadah yang terbuat dari bahan plastik. Larutan ini dibuat dengan cara mencampurkan formalin dengan air dengan konsentrasi 3% formalin dalam 100% larutan. Misalnya menggunakan 720 ml air jadi penggunaan formalin sebesar 21,6 ml.
3. Perendaman dengan formalin
Setelah kaki dan ekor bersih dan larutan formalin telah siap, kaki dan ekor direndam dalam larutan formalin minimal selama 3 hari. Perendaman dengan formalin bertujuan untuk mengeraskan tulang.
4. Pembersihan
Setelah selesai direndam, kaki dan ekor kelinci segera dicuci dengan larutan sabun. Setelah itu dibilas dengan air. Pada proses ini dilakukan secara hati-hati.
5. Pengeringan
Selanjutnya setelah kaki dan ekor dibersihkan, bagian-bagian tersebut dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Setelah kering kaki dan ekor dapat dimanfaatkan menjadi souvenir dengan memasangkan bandul gantungan kunci ataupun bahan lainnya.
Pembuatan Souvenir Gantungan Kunci Kaki dan Ekor Kelinci
Cara pembuatan :
1. Siapkan bahan-bahan yang terdiri dari lem kayu, paku uril ukuran kecil, pembolong, benang nilon atau gantungan.
2. Bagian ujung tulang kaki dan ekor diratakan.
3. Lubangi secara membujur sedalam ± 1,5 cm.
4. Paku uril diberi lem kayu kemudian dipasang pada lubang dengan cara memutar.
5. Biarkan paku uril menempel dengan sempurna (dapat dilakukan dengan cara menjemurnya di bawah sinar matahari).
6. Pasang gantungan kunci pada mata paku uril.
7. Souvenir berupa gantungan kunci model kaki atau ekor kelinci siap dipasarkan.