Maklumat Penyelamatan Kelinci
Kita menginginkan kehidupan kita dan
kehidupan makhluk hidup yang lebih baik. Kelinci adalah hewan purba yang
mesti diselamatkan dari kehidupan kita. Kita tidak ingin melihat
manusia bahagia karena kelinci sementara kelinci sendiri teraniaya dan
bahkan punah sia-sia.
Ada banyak penyebab kematian kelinci
sehingga kelinci yang sekalipun secara alamiah memiliki kemampuan
berpopulasi cepat dan banyak justru semakin langka.
Kematian disebabkan oleh konsumsi tidak
terbukti merisaukan karena pada kenyataannya konsumsi kelinci sangat
rendah dan jikalaupun konsumsi meningkat tidak akan menghabiskan sumber
kelinci. Hal ini disebabkan kematian oleh konsumsi selalu diiringi oleh
tingkat produksi pengelolaan secara baik. Dengan kata lain, kematian
akibat penyembelihan untuk konsumsi akan selalu mempertimbangkan
pengembangbiakan.
Ada banyak masalah dalam pemusnahan
kelinci. Tetapi tulisan ini akan fokus pada kasus yang menonjol di
Indonesia. Untuk menyelematkan kelinci mula-mula kita mesti
memperhatikan beberapa hal ini.
Mitos-mitos kelinci
Mitos: Kelinci bisa tahan dari kematian sekalipun di bawa pergi jauh.
Fakta: terbukti
banyak yang lebih mati ketimbang hidup. Kelinci indukan maupun anakan
sangat rawan stress. Dan stress adalah masalah mendasar yang akan
mengakibatkan pencernaan terganggu dan di situlah benih-benih penyakit
muncul. Kelinci dengan pencernaan yang hanya mengandalkan usus (tanpa
lambung) tidak bisa muntah. Kematian akibat stres sangat banyak. Kelinci
dewasa yang dibawa kendaraan di atas 50 km mesti memperhatikan
perawatan selama perjalanan. Tidak boleh ngebut, pakan harus terjamin
dan tidak dalam kondisi cuaca panas atau dingin, atau terjadi perubahan
cuaca mendadak. Ini sangat berbahaya. Sementara kelinci anakan sangat
rawan kematian pada jarak 20 Km.
Mitos: kelinci
tidak perlu air minum. Kelinci mati jika diberi air minum. Kelinci tak
butuh minum karena sudah cukup mendapatkan minum dari kandungan rumput.
Fakta: setiap
makhluk hidup butuh air minum. Kelinci adalah jenis herbivora yang tidak
akan mencerna secara baik jika tidak didukung air minum. Rumput yang
kandungan airnya mencapai 80 persen air tetap tidak cukup untuk
menunjang kelancaran pencernaan, terlebih rumput kelinci harus
dilayukan. Dalam kondisi layu kandungan air hanya berkisar 15-20 persen.
Pencernaan sangat membutuhkan air, terutama air pegunungan yang masih
steril dari kotoran. Air juga sumber energi untuk mentralisir bakteri
buruk dalam pencernaan. Air memang mengandung bakteri, tetapi selama
bakteri tersebut lancar dalam pencernaan kelinci akan selamat. Sedang
tanpa air kemungkinan saluran pencernaan kelinci terkena
Gastrointestinal (GI) sangat mudah terjadi. Produksi kencing juga
membutuhkan air. Tanpa air minum air kencing akan menyedot gizi dari
makanan. Ini bisa mengakibatkan ginjal. Kelinci tanpa air minum
rata-rata miskin produksi dan mudah stres serta kemampuan daya tubuhnya
menipis dan hanya mampu bertahan hidup di bawah 4 tahun.
Mitos: memegang kelinci yang paling tepat adalah telinganya.
Fakta: telinga
berakar pada bagian kepala yang langsung terhubung ke syaraf. Kelinci
bisa stress dan sakit gawat jika ditarik telinganya. Telinga kelinci
adalah organ paling sensitif, bisa sakit jika diperlakukan kasar, tetapi
sekalipun bisa membuat nikmat kelinci jika dielus-elus secara lembut.
Jangan tarik telinga kelinci.
Mitos: kelinci cukup makan pelet tanpa rumput.
Fakta: sejauh
ini, terutama di Indonesia, pelet khusus untuk kelinci dengan kandungan
serat lebih 17 persen membuktikan tidak mencukupi pemenuhan serat-kasar.
Banyak kasus kelinci makan bulu yang dipelihara orang-orang kota. Itu
membuktikan pasokan serat dari rumput dan sayuran sangat miskin. Di
Amerika Serikat maupun Eropa, Pemelihara kelinci tetap berusaha keras
memberikan rumput asli sekalipun jaminan pakan berbentuk pelet sudah
tergolong bagus. Hal ini karena mereka menyadari bagaimanapun juga
makhluk hidup akan selalu nyaman dengan alam aslinya. Bahkan manusia pun
sekarang semakin menyadari pentingnya keaslian. Tren makanan organic
misalnya, adalah bukti natural dari sisi kehidupan alamiah. Kelinci
tentu lebih bahagia jika diberikan pasokan serat melalui rumput dan
sayuran asli. Pellet sebaiknya didudukkan sebagai pakan pokok pengganti
akar dan umbi-umbian yang biasa dimakan kelinci di hutan.
Mitos: kelinci tidak bisa hidup dalam cuaca panas.
Fakta: di Afrika dan
Timur Tengah dengan cuaca di atas 35 derajat Celsius bisa hidup. Masalah
kematian bukan pada cuaca, tetapi serangkaian penyebab kompleks
lainnya. Pergantian cuaca mendadak hanyalah mendorong salahsatu sebab
buruknya kehidupan kelinci. Jika perubahan cuaca itu lebih dipengaruhi
oleh musim kita bisa mengatasinya dengan rumah kelinci yang sejuk.
Pergantian suhu disebabkan oleh perpindahan kelinci, misalnya dari
pegunungan ke daratan rendah yang panas memang bisa menjadi pemicu
dahaga dan stres. Karena itu kita harus memperhatikan perubahan ini.
Kelinci tetap bisa berbenah diri dan beradaptasi dengan perbedaan suhu
selama kita memperhatikannya secara baik. Suhu panas yang paling
berpengaruh adalah pada libido kelinci. Di atas 30 derajat celsius
kelinci lemah libido sehingga seringkali sulit kawin atau gagal kawin.
Karena itu perkawinan sebaiknya pada jam dingin, antara jam 6-8 pagi,
atau jam 6-8 malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar